Rabu, 13 Agustus 2008

Tafsir Surat al-Falaq

ALLAH PELINDUNG BAGI SEMUA UMAT MANUSIA
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ(1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ(2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ(3)
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ(4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ(5)

(1) Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai Subuh. (2) Dari kejahatan makhluk-Nya. (3) Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. (4) Dan dari kejahatan tukang sihir yang menghembus pada buhul. (5) Dan dari kejahatan orang yang mendengki apabila ia mendengki.

Surat ini terdiri dari lima ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah Surat al-Fiil. Nama al-Falaq diambil dari kata “Falaq” yang terdapat pada akhir ayat pertama yang artinya waktu Shubuh. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Hatim dari Zubeir, demikian juga dari Ibnu Abbas dan Mujahid, menjelaskan bahwa al-Falaq artinya adalah waktu shubuh. Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas berkata bahwa yang dimaksud al-Falaq adalah ciptaan Allah atau makhluk. Ad-Dhahhak berkata: “Allah swt memerintahkan Nabi-Nya, yaitu Nabi Muhammad saw agar berlindung kepada-Nya dari segala kejahatan makhluk.” (Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, Darul Fikr, Cairo, vol. IV, hal.573)

Uraian dan Tafsir
(1) Dalam ayat ini, Allah swt membimbing Nabi saw dan umatnya agar selalu berlindung kepada-Nya. Tuhan yang memiliki dan menguasai waktu shubuh. Waktu shubuh adalah waktu yang memisahkan antara malam dan siang yang kehadirannya senantiasa disambut oleh makhluk Allah dengan harapan yang cerah. Umat manusia menyambut kedatangan waktu shubuh dengan dzikir, tahmid, takbir, dan shalat memuji keagungan-Nya. Burung-burung dengan berbagai macam jenisnya menyambutnya dengan berkicau, ayam jantan berkokok bersahut-sahutan, dan makhluk lain menyambutnya dengan penuh harapan.
Kata Falaq menurut beberapa ahli tafsir diartikan juga dengan arti makhluq, yaitu segala sesuatu yang diciptakan Allah, atau segala sesuatu selain dari pada-Nya. Namun demikian kata “Falaq” menurut pendapat yang masyhur adalah “Waktu Shubuh”.
(2) Ayat ini mengarahkan umat manusia agar berlindung kepada Allah dari segala kejahatan yang dilakukan makhluk-Nya, seperti manusia, jin, hewan, dan kejahatan-kejahatan makhluk lain.
(3) Kita juga diperintahkan agar berlindung dari kejahatan malam, apabila telah kelam, yaitu malam yang semakin larut. Kita diperintahkan berlindung dari kejahatan malam, maksudnya berlindung dari segala kejahatan yang terjadi pada malam hari, karena sebagian besar kejahatan terjadi di malam hari. Mengenai hal ini, jika dilakukan penelitian, pasti akan dijumpai bahwa kejahatan lebih banyak terjadi di waktu malam. Atau paling tidak direncakan pada malam hari. Dengan demikian, kita diperintahkan berlindung kepada-Nya.
(4) Ayat ini mengarahkan kita agar memohon perlindungan kepada Allah swt dari kejahatan para tukang sihir atau kelompok black magic yang selalu berbuat jahat dan meresahkan masyarakat. Perbuatan tukang sihir ini senantiasa membuat keresahan pada hati manusia, sehingga memisahkan seseorang dari istri atau suaminya, dari anak atau keluarganya, dari teman dan handai taulannya. Mereka juga mengusahakan bencana pada diri seseorang atau keluarganya.
(5) Ayat terakhir ini membimbing kita agar berlindung kepada Allah swt, dari kejahatan orang-orang yang hasad atau dengki apabila mereka mendengki. Dengki atau hasad adalah merupakan penyakit rohani yang mengotori hati manusia. Orang yang dengki adalah orang yang merasa berat, benci, atau sakit apabila ada orang lain yang mendapat kebaikan, keuntungan, dan kenikmatan. Sikap dengki akan menghilangkan kebaikan-kebaikan pada diri seseorang andaikata ia tidak segera bertobat, yaitu dengan meninggalkan perbuatan dengkinya. Dengki menghilangkan amal baik dan amal ibadah sesorang seperti api yang membakar habis kayu bakar.
Persesuaian surat ini dengan Surat al-Ikhlash terutama berkaitan dengan ajaran mengenai Tauhid atau keesaan Allah swt. Dalam Surat al-Ikhlash diterangkan, bahwa Allah swt yang disembah itu adalah Maha Esa. Dialah yang menjadi tujuan semua makhluk agar memperoleh keridhaan dan karunia-Nya. Dalam surat ini, Allah swt memerintahkan Nabi dan orang-orang beriman, agar berlindung kepada-Nya dari segala kejahatan lahir dan batin. Berlindung kepada-Nya dari segala kejatahatan para pendengki dan orang-orang jahat apabila mendengki, menghasut, dan melakukan perbuatan tercela lainnya.
Sikap dengki senantiasa ada pada diri seseorang, andaikata ia tidak berusaha menghilangkannya. Orang yang bersikap dengki terhadap orang lain akan merugikan diri sendiri, karena kedengkiannya tidak akan dapat menghalangi kebaikan dan kenikmatan yang diperoleh seseorang dari karunia Allah swt. Sebaliknya, dengan sikap yang tercela itu, ia akan diketahui orang lain dan mengakibatkan nama baiknya dicampakkan di mata masyarakat sekelilingnya.

Kesimpulan
(1) Nabi dan umatnya diarahkan agar senantiasa berlindung kepada Allah swt. (2) Kejahatan-kejahatan banyak terjadi di waktu malam, atau paling tidak direncanakan di waktu malam. (3) Kejahatan orang-orang dengki dan para tukang sihir tidak akan berpengaruh terhadap seseorang apabila ia senantiasa berlindung pada Allah swt. (4) Sihir dan perbuatan jahat lainnya merupakan perbuatan yang sangat tercela dan dimurkai Allah, serta akan mencampakkan seseorang pada noda-noda syirik. (*)

Tidak ada komentar: