Minggu, 24 Agustus 2008

SEMPURNAKAN PUASAMU


Oleh Muhammad Yusuf*

Rasullah SAW pernah bersabda : “Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga”. (HR: Nasai & Ibnu Majah).

Hadist di atas mengisyaratkan bahwa puasa seseorang tidak akan sempurna hanya dengan menahan diri dari lapar dan dahaga saja mulai terbit fajar sampai terbenam matahari, tapi lebih dari itu puasa juga menuntut untuk menahan anggota badan dari berbagai perbuatan dosa dan keji.

Imam Ghozali menerangkan kesempurnaan puasa tersebut dengan enam hal :

Menundukkan pandangan dan menahannya dari berkeliaran memandang ke setiap hal yang tercela dan dibenci, mengendalikan mata dari hal yang bisa menyibukkan hati dan melalaikan diri dari mengingat Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Pandangan adalah salah satu anak panah beracun di antara anak panah yang diluncurkan iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberikan kepadanya keimanan yang erasa manis dalam hatinya. (HR: Hakim).

Menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan, kekejian, perkataan kasar, pertengkaran dan perdebatan. Mengendalikannya dengan diam, menyibukkan diri dengan dzikir kepada Allah dan membaca Al-Qur’an. Itulah yang disebut puasa lisan. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya puasa merupakan perisai; apabila salah seorang di antara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula berlaku bodoh.; dan jika ada seseorang menyerangnya atau mencacinya maka hendaklah ia mengatakan “sesungguhnya aku sedang berpuasa”.(HR: Bukhari & Muslim).

Menahan pendengaran dari mendengarkan hal-hal yang dibenci dan kurang baik, karena setiap hal yang diharamkan mengucapkannya diharamkan pula mendengarkannya. Allah SWT berfirman: “ … maka janganlah kalian duduk bersama mereka sehingga mereka masuk ke pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya (jika kamu berbuat demikian) tentulah kalian serupa dengan mereka. (An-Nisa 140).

Menahan berbagai anggota badan lainnya dari berbagai perbuatan dosa, seperti menahan tangan dan kaki dari hal yang tercela, menahan perut dari berbagai hal yang syubhat ketika berbuka, dsb. Rasulullah SAW bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga”. Di katakan ia adalah orang yang tidak menjaga anggota badannya dari dosa dan maksiat.

Tidak memperbanyak makan ketika berbuka meskipun itu makanan yang halal, karena tidak ada tempat yang paling dibenci oleh Allah selain perut yang penuh dengan makanan halal. Tujuan puasa adalah pengosongan perut dan menundukkan hawa nafsu demi memperkuat jiwa menuju taqwa. Ini tidak akan terwujud dengan perut yang penuh dengan makanan.

Hendaknya setelah iftar (berbuka) hatinya gelisah penuh cemas dan harap, apakah puasanya telah diterima Allah atau tidak, sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima sehingga mengantarkan ke dalam golongan muqarrabin atau sebailnya ditolak puasanya sehingga termasuk golongan orang-orang yang dimurkai ?

Dengan memperhatikan dan mengamalkan pesan imam Ghazali tentang kesempurnaan puasa tersebut, semoga Allah menerima puasa kita Amiin ya rabb.

RENUNGAN RAMADHAN

Sahabatku seiman ........,

Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang dimuliakan Allah ...
Dengan membawa berkah rahmat dan karunia serta maghfirahnya ...
Bulan yang paling mulia disisi Allah ...
Bulan yang menjadi tamu agung bagi umat islam yg bertaqwa ...
Bulan yang selalu dinanti-nantikan ... Karena salah satu harinya bernilai 1000 bulan
Begitu mulia tamu agung yang akan datang itu ...
Hari harinya adalah malam yang paling utama jam demi jam adalah waktu yg paling utama ....

Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh NYA ...
Di bulan ini nafasmu menjadi tasbih ... Tidurmu menjadi ibadah ...
Amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabahkan ...
Bermohonlah kepada Allah dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam ...

Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan di bulan yang agung ini ...
Kenanglah dengan rasa lapar dan dahaga sebagaimana dahaganya kaum fakir dan miskin bersedekahlah kepada kaum fukara wal masakin muliakan orang tuamu ...
sayangilah yang muda ... sambunglah tali persaudaraanmu ... jaga lidahmu dari hal2 yang tidak sepatutnya diucapkan ....
Tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya ...
Dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya ...
Kasihanilah anak yatim niscaya keturunanmu dikasihi ...

Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu ....
Angkatlah tanganmu untuk berdoa di waktu sholatmu karena itu saat paling utama tatkala Allah azza wajalla memandang hambanya dengan penuh kasih ...
Ingatlah akan diri kita sahabat ..............
Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal-amalmu maka bebaskanlah dengan istighfar ...
Punggung-punggungmu berat karena dosa-dosamu maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu ...

Ketahuilah ... Allah ta'ala bersumpah dengan segala kebesaranNya bahwa dia tidak akan mengancam dengan neraka pada hari manusia berdiri dihadapan rabbal alamin ...
Sahabatku terkasih ...
Barang siapa diantaramu memberi buka kepada kepada orang-orang mukmin di bulan puasa yang mulia ini maka disisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan diampuni atas dosa-dosa ... renungkan maghfirahnya ...
bila sahabat melakukan sesuatu di bulan ramadhan ini ? .........
Siapa yg membaguskan akhlaqnya di bulan ini ..... maka ia akan berhasil melewati shirathal mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir ....... siapa yang meringankan pekerjaan para hamba sahaya maka Allah akan meringankan pemeriksaan dihari kiamat ...........

Barang siapa menahan kejelekan perbuatan maka Allah akan menahan murka Nya pada hari ia berjumpa dengan Nya ..............
Barang siapa memuliakan anak yatim ............ Maka Allah akan memuliakan pada hari ia berjumpa dengan Nya ..............

Barang siapa menyambung tali persaudaraan ............ Maka Allah akan menghubungkan dia dgn rahmatNya pada hari berjumpa dengan Nya ...........
Barang siapa shalat sunat maka Allah akan menulis baginya kebebasan dari api neraka ...
Barang siapa melakukan shalat fardhu maka Allah akan memberi ganjaran 70x dari bulan lain

Barang siapa memperbanyak shalawat kepadaku maka Allah akan memberatkan timbangannya tatkala timbangannya ditimbang ............
Barang siapa membaca satu ayat Alquran maka ganjarannya sama seperti mengkhatamkan Al Quran di bulan lain ................
Sungguh mulia tamu yang akan datang itu sahabat ...........,
Bulan yang selalu membawa berkah dan maghfirahnya bulan dimana surga dibuka lebar-lebar ............ pintu neraka ditutup rapat-rapat ..................... ! dan setan-setan dibelengggu ................ !

Wahai sahabatku terkasih ........, beberapa hari lagi kita akan kedatangan tamu agung sudahkah kita semua siap menerima kehadiran tamu yg istimewa yg selalu dirindukan hamba Allah yang beriman ..........
Mari kita sambut kedatangan tamu itu dengan penuh keikhlasan dan keimanan jangan sampai kita kehilangan maghfirahnya dari bulan yang sangat mulia itu ............
Ucapkanlah marhaban ya ramadhan ....................... !
Marhaban ya bulan yang penuh berkah ..................... !
Marhaban ya marhaban ........................................ !

Wassalam,


Note : mutiara hikmah ini disadur dari khotbah Rosulullah menjelang datangnya bulan ramadhan

Sabtu, 16 Agustus 2008

BEKERJA KERAS (kiriman Buce)


Pada suatu hari setelah Rasulullah selesai menunaikan shalat fardhu berjama'ah dengan para sahabat dan pengikutnya, setelah mengakhiri khotbah dan seperti biasa Beliau, para Sahabat dan pengikutnya bersalam-salaman; dan pada saat bersalaman dengan salah satu pengikutnya Beliau merasakan salaman dari tangan yang kasar kulitnya, oleh karena itu Beliau menahan salaman tersebut sembari bertanya , wahai Saudaraku mengapa tanganmu ini rusak dan kasar...; maka dijawab oleh si pemilik tangan, bahwa tangan ini sehari-hari aku gunakan dalam pekerjaanku untuk mencari nafkah sebagai pemecah batu. Dan mendengar penjelasan tersebut, Rasulullah langsung menarik tangan tersebut dan diciumnya sembari mengatakan bahwa ini tangan ALLAH karena kau gunakan untuk “berkerja keras” menghidupi Isteri dan Anak-2mu..

Demikianlah Rasulullah memberi penghargaan kepada pengikutnya sekaligus memotivasi hamba ALLAH yang berkerja keras untuk mencari nafkah dalam kehidupan sehari-hari, dan sangat menyentuh perasaan dan memberi semangat, serta dirasa kesejukan dihati dan penuh rasa kasih sayang kepada pengikutnya. ..
Siapa yang tak ingin tangannya dicium oleh Rasulullah kekasih ALLAH SWT..... ? Subhanallah. ..

“Keutamaan Bekerja”

“Jika selesai mengerjakan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Nya, dan perbanyaklah mengingat ALLAH agar kamu beruntung.” (QS Al-Jumuah [62]: 10)

Islam mengajarkan umatnya bekerja keras untuk mencari nafkah, baik untuk mencukupi kebutuhan sendiri maupun keluarga, dan jangan hanya menggantungkan hidupnya pada belas kasihan orang lain.
“Sungguh pagi-pagi seorang berangkat, lalu membawa kayu bakar diatas punggungnya, ia bersedekah dengannya dan mendapatkan kecukupan dengannya, sehingga tidak meminta-minta kepada orang lain, jauh lebih baik baginya daripada meminta kepada orang lain, mereka memberinya atau menolaknya. Ini karena tangan yang diatas jauh lebih baik daripada tangan dibawah, dan mulailah dari orang yang menjadi tanggungan Anda.” (HR Muslim dan Turmudzi).

Mencari kayu bakar dihutan lalu menjualnya – dan pekerjaan “sepele” lainnya – merupakan pekerjaan mulia dimata ALLAH SWT dan Rasul Nya. Karena itulah Islam memberi penghargaan kepada mereka yang bekerja keras mencari nafkah. “Orang yang berusaha keras mengejar kesejahteraan dunia dengan cara-cara yang benar, dengan menjauhkan diri dari meminta-minta kepada orang lain untuk membiayai keluarganya, dan bersikap baik kepada tetangga, maka pada hari kiamat dia akan dibangkitkan ALLAH dengan wajah cemerlang seperti bulan purnama.” (HR Abu Naim).

Hadis diatas mengajarkan kita untuk mencari nafkah dengan cara halal. Seorang pedagang, misalnya, tidak menipu pembeli atau curang dalam menakar. Karyawan dan Direksi sebuah perusahaan tidak korupsi atau melakukan mark-up. Hakim dan Jaksa tidak menjual perkara.
Begitupun dengan para pejabat, dari tingkat desa sampai kepada presiden, tidak korupsi atau menyalahgunakan wewenang dan kekuasaannya untuk kepentingan diri dan golongannya. Betapa banyak mereka yang tergelincir karena curang dalam mencari nafkah. Banyak mantan pejabat masuk bui karena terbukti korupsi. Atau pelanggan yang kehilangan pelanggan karena curang dalam menakar.
Karena itulah kita harus banyak mengingat ALLAH SWT saat bekerja. Jangan melanggar larangan ALLAH SWT dalam berbisnis. Percayalah bahwa ALLAH Maha Mengetahui. Dia melihat apa yang kita kerjakan.

Jadi tak ada gunanya curang. Sebab perbuatan itu nanti akan kita pertanggungjawabkan dihadapan ALLAH SWT. “Pada hari ini kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan kaki mereka memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS Yasin [36]:65).

Artikel tersebut dikutip dari koran Republika, Kolom Hikmah, yang ditulis oleh: Rusdiono Mukri.
Tips Semangat bekerja dari seorang yang bijak: “apabila hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka itu adalah kesialan; tetapi apabila hari ini sama dengan hari kemarin, maka itu adalah kerugian; dan apabila hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka itu adalah keberuntungan.

Selamat bekerja keras para Sahabat yang tergabung dalam “Gemilang 77”, bawalah serta ALLAH SWT. dalam segala bekerja dengan cara yang diridhai oleh NYA....Wallahu a’lam bish shawab.

Jumat, 15 Agustus 2008

Biarkan Allah Menilaimu. (Ole')

Biarkan Allah Menilaimu



Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois. Tetapi, bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya.

Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk dibalik perbuatan baik yang kau lakukan itu. Tetapi, tetaplah berbuat baik selalu.

Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman-teman yang iri hati atau cemburu. Tetapi, teruskanlah kesuksesanmu itu.

Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi, tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat.

Apa yang engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja. Tetapi, janganlah berhenti, tetaplah membangun.

Apabila engkau menemukan kebahagiaan dan kedamaian di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin besok akan di lupakan orang. Tetapi, teruslah berbuat baik.

Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan mungkin itu tidak akan pernah cukup. Tetapi, tetap berikanlah yang terbaik.

Apabila engkau mencintai seseorang dengan ikhlas dan tanpa pamrih, mungkin ia tidak akan berbuat seperti apa yang engkau lakukan. Tetapi tetaplah mencintainya tanpa pamrih karena Allah Maha Mengetahui dan Mahaadil, lagi Bijaksana, Hakim dari segala hakim.

Sadarilah, bahwa semua yang engkau katakan dan lakukan itu ada di antara engkau dan Tuhanmu. Tidak akan pernah ada antara engkau dan orang lain. Jangan pikir dan pedulikan apa yang engkau lakukan atas orang lain, dimana orang lain akan berpikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi percayalah, bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang yang jujur dan berbuat baik. Dan Dia dapat melihat ketulusan hatimu.

Yang dinamakan Muslim itu adalah apabila muslim lainnya selamat dari keburukan lidah dan tangannya. (Hadits)

Takwalah kamu pada Allah di mana saja kamu berada, dan lakukanlah perbuatan baik untuk menipiskan perbuatan burukmu yang akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.

Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, Allah akan memberikannya jalan keluar terbaik, dan akan memberikan rezeki padanya dari sumber yang tidak ia sangka-sangka. (Al-Quran)

Allahu 'alamu bish-showab.

Rabu, 13 Agustus 2008

Inside Ka'abah












Saudaraku seiman, gambar ini (bagian dalam Baitullah) adalah hadiah istimewa bagi kita semua (terutama bagi yang belum pernah masuk atau belum pernah melihat/memiliki gambar seperti ini, seperti saya). Silahkan disebarkan ke saudara yg lain.

(posted by Aries)


Tak bosan-bosan rasanya membaca kisah ini... AIRMATA RASULULLAH SAW...

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam", kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. "Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?", tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul ! Allah,aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: "Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat ai manu kum" (Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu). Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii,ummatii,ummatiii?" (Umatku, umatku, umatku !) Dan, berakhirlah hidup manusia termulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya ? Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa baarik wa sallim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Tafsir Surat al-Falaq

ALLAH PELINDUNG BAGI SEMUA UMAT MANUSIA
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ(1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ(2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ(3)
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ(4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ(5)

(1) Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai Subuh. (2) Dari kejahatan makhluk-Nya. (3) Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. (4) Dan dari kejahatan tukang sihir yang menghembus pada buhul. (5) Dan dari kejahatan orang yang mendengki apabila ia mendengki.

Surat ini terdiri dari lima ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah Surat al-Fiil. Nama al-Falaq diambil dari kata “Falaq” yang terdapat pada akhir ayat pertama yang artinya waktu Shubuh. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Hatim dari Zubeir, demikian juga dari Ibnu Abbas dan Mujahid, menjelaskan bahwa al-Falaq artinya adalah waktu shubuh. Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas berkata bahwa yang dimaksud al-Falaq adalah ciptaan Allah atau makhluk. Ad-Dhahhak berkata: “Allah swt memerintahkan Nabi-Nya, yaitu Nabi Muhammad saw agar berlindung kepada-Nya dari segala kejahatan makhluk.” (Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, Darul Fikr, Cairo, vol. IV, hal.573)

Uraian dan Tafsir
(1) Dalam ayat ini, Allah swt membimbing Nabi saw dan umatnya agar selalu berlindung kepada-Nya. Tuhan yang memiliki dan menguasai waktu shubuh. Waktu shubuh adalah waktu yang memisahkan antara malam dan siang yang kehadirannya senantiasa disambut oleh makhluk Allah dengan harapan yang cerah. Umat manusia menyambut kedatangan waktu shubuh dengan dzikir, tahmid, takbir, dan shalat memuji keagungan-Nya. Burung-burung dengan berbagai macam jenisnya menyambutnya dengan berkicau, ayam jantan berkokok bersahut-sahutan, dan makhluk lain menyambutnya dengan penuh harapan.
Kata Falaq menurut beberapa ahli tafsir diartikan juga dengan arti makhluq, yaitu segala sesuatu yang diciptakan Allah, atau segala sesuatu selain dari pada-Nya. Namun demikian kata “Falaq” menurut pendapat yang masyhur adalah “Waktu Shubuh”.
(2) Ayat ini mengarahkan umat manusia agar berlindung kepada Allah dari segala kejahatan yang dilakukan makhluk-Nya, seperti manusia, jin, hewan, dan kejahatan-kejahatan makhluk lain.
(3) Kita juga diperintahkan agar berlindung dari kejahatan malam, apabila telah kelam, yaitu malam yang semakin larut. Kita diperintahkan berlindung dari kejahatan malam, maksudnya berlindung dari segala kejahatan yang terjadi pada malam hari, karena sebagian besar kejahatan terjadi di malam hari. Mengenai hal ini, jika dilakukan penelitian, pasti akan dijumpai bahwa kejahatan lebih banyak terjadi di waktu malam. Atau paling tidak direncakan pada malam hari. Dengan demikian, kita diperintahkan berlindung kepada-Nya.
(4) Ayat ini mengarahkan kita agar memohon perlindungan kepada Allah swt dari kejahatan para tukang sihir atau kelompok black magic yang selalu berbuat jahat dan meresahkan masyarakat. Perbuatan tukang sihir ini senantiasa membuat keresahan pada hati manusia, sehingga memisahkan seseorang dari istri atau suaminya, dari anak atau keluarganya, dari teman dan handai taulannya. Mereka juga mengusahakan bencana pada diri seseorang atau keluarganya.
(5) Ayat terakhir ini membimbing kita agar berlindung kepada Allah swt, dari kejahatan orang-orang yang hasad atau dengki apabila mereka mendengki. Dengki atau hasad adalah merupakan penyakit rohani yang mengotori hati manusia. Orang yang dengki adalah orang yang merasa berat, benci, atau sakit apabila ada orang lain yang mendapat kebaikan, keuntungan, dan kenikmatan. Sikap dengki akan menghilangkan kebaikan-kebaikan pada diri seseorang andaikata ia tidak segera bertobat, yaitu dengan meninggalkan perbuatan dengkinya. Dengki menghilangkan amal baik dan amal ibadah sesorang seperti api yang membakar habis kayu bakar.
Persesuaian surat ini dengan Surat al-Ikhlash terutama berkaitan dengan ajaran mengenai Tauhid atau keesaan Allah swt. Dalam Surat al-Ikhlash diterangkan, bahwa Allah swt yang disembah itu adalah Maha Esa. Dialah yang menjadi tujuan semua makhluk agar memperoleh keridhaan dan karunia-Nya. Dalam surat ini, Allah swt memerintahkan Nabi dan orang-orang beriman, agar berlindung kepada-Nya dari segala kejahatan lahir dan batin. Berlindung kepada-Nya dari segala kejatahatan para pendengki dan orang-orang jahat apabila mendengki, menghasut, dan melakukan perbuatan tercela lainnya.
Sikap dengki senantiasa ada pada diri seseorang, andaikata ia tidak berusaha menghilangkannya. Orang yang bersikap dengki terhadap orang lain akan merugikan diri sendiri, karena kedengkiannya tidak akan dapat menghalangi kebaikan dan kenikmatan yang diperoleh seseorang dari karunia Allah swt. Sebaliknya, dengan sikap yang tercela itu, ia akan diketahui orang lain dan mengakibatkan nama baiknya dicampakkan di mata masyarakat sekelilingnya.

Kesimpulan
(1) Nabi dan umatnya diarahkan agar senantiasa berlindung kepada Allah swt. (2) Kejahatan-kejahatan banyak terjadi di waktu malam, atau paling tidak direncanakan di waktu malam. (3) Kejahatan orang-orang dengki dan para tukang sihir tidak akan berpengaruh terhadap seseorang apabila ia senantiasa berlindung pada Allah swt. (4) Sihir dan perbuatan jahat lainnya merupakan perbuatan yang sangat tercela dan dimurkai Allah, serta akan mencampakkan seseorang pada noda-noda syirik. (*)

MENCARI MALAM QADAR

Rekan & Rekanita Gemilang77,
Insya Allah sebentar lagi kita akan menemui bln Ramadhan....
Semoga bermafaat....

(posted by Nanank)


Malam Qadar (Lailatul Qadr) adalah malam yang memiliki nilai kemuliaan tersendiri di sisi Allah swt. Barang siapa yang beribadah di dalamnya, maka pahalanya lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang shalat di dalamnya satu rakaat, maka ia sama juga dengan melaksanakan shalat sebanyak seribu rakaat. Demikian agungnya malam ini sampai-sampai Allah merahasiakan kapan terjadinya malam tersebut. Demikian ini agar setiap kaum muslimin tetap istiqamah dalam ibadah dan bersungguh-sungguh mencarinya selama bulan Ramadhan masih ada.

Malam Ganjil Dari Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan
Kendati dirahasiakan, malam yang agung tersebut akhirnya diberitakan oleh Rasulullah saw bahwa adanya pada sepuluh hari terakhir yang ganjil di bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadits dari Abu Salamah bahwa suatu ketika ia pergi menuju Abu Sa’id al-Khudri. Setibanya di sana, ia langsung mengajak Abu Sa’id ke sebuah tempat di bawah pohon kurma dan memintanya agar menceritakan apa yang didengarnya dari Nabi saw seputar lailatul qadar.
Abu Sa’id menjawab, “Rasulullah saw beritikaf pada sepuluh hari pertama bulan Ramadhan, kami pun ikut beritikaf bersamanya. Kemudian Jibril datang kepada beliau dan berkata, “Sesungguhnya malam yang engkau cari itu ada di depanmu.” Maka beliau pun beriktikaf lagi sepuluh hari paruh kedua bulan Ramadhan. Jibril datang kembali dan berkata kepada beliau, “Sesungguhnya malam yang engkau cari itu ada di depanmu.” Maka di pagi hari tanggal 20 Ramadhan, Nabi saw berceramah: “Siapa yang mau beriktikaf bersama Nabi saw, maka hendaklah ia pulang sekarang. Sesungguhnya aku melihat Lailatul Qadar tetapi aku lupa kapan persisnya. Yang jelas malam itu berada di sekitar sepuluh hari terakhir yang ganjil. Ketika itu aku sujud pada tanah liat yang berair.” Sebagaimana diketahui, atap masjid Nabawi terbuat dari pelapah pohon korma. Saat itu, kami tidak melihat apa-apa di langit. Kemudian hujan turun. Kami shalat bersama Nabi sehingga aku melihat bekas tanah dan air menempel di kening Rasulullah saw. Aku pun yakin bahwa perkataan beliau tersebut adalah benar.” (Muhammad Ibrahim:1986:157)

Hakikat Malam Qadar
Allah swt berfirman: “Malam kemuliaan (al-Qadr) itu lebih baik dari seribu bulan.Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr, 97: 3-5).
Dari ayat tersebut, paling tidak ada empat pendapat ulama tentang makna al-Qadr. Pertama, penetapan. Malam al-Qadr adalah malam penetapan Allah atas perjalanan hidup makhluk selama satu tahun. Pendapat ini mengacu pada beberapa dalil antara lain firman Allah: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. al-Dukhan, 44: 3-4).
Kedua, peringatan. Yakni pada malam turunnya al-Qur’an, Allah swt mengatur khittah atau strategi bagi Nabi-Nya (Muhammad saw) guna mengajak manusia kepada kebajikan. Ketiga, kemuliaan. Ini berarti bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan al-Qur’an pada malam yang mulia. Malam tersebut menjadi mulia karena kemuliaan al-Qur’an sebagaimana Nabi-Nya (Muhammad saw) mendapat kemuliaan dengan wahyu yang beliau terima. Ada juga yang memahami kemuliaan tersebut dalam kaitannya dengan ibadah, dalam arti bahwa ibadah pada malam tersebut mempunyai nilai tambah berupa kemuliaan dan ganjaran tersendiri, berbeda dengan malam-malam lain. Ada juga yang berpendapat bahwa orang-orang yang tadinya tidak memiliki kedudukan yang tinggi akan mendapatkan kemuliaan, apabila pada malam itu mereka dengan khusyu’ tunduk kepada Allah, menyadari dosa-dosanya serta bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Keempat, sempit. Yaitu ketika al-Qur’an diturunkan, malaikat-malaikat dari langit banyak yang turun ke bumi sehingga bumi pun menjadi sempit. (M. Quraish Shihab:2004: XV/426-427)

Malam Qadr Sebagai Tolok Ukur Keimanan
Beristiqamah dalam beribadah sepanjang bulan Ramadhan adalah sesuatu yang sangat diharapkan. Rasulullah saw sendiri tidak henti-hentinya beritikaf selama bulan Ramadhan. Hanya saja frekuensi itikaf beliau diintensifkan dengan menyuruh seluruh isi rumahnya untuk bersama-sama pergi ke masjid pada sepuluh hari terakhir di bulan suci ini.
Di antara hikmah kenapa Allah tidak menginformasikan kapan persisnya malam al-Qadr itu datang, agar hamba-hambaNya bersikeras untuk memburu dan mencarinya sepanjang malam-malam bulan Ramadhan. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa karakteristik manusia condong pada hal-hal yang enak dan santai. Ketika siang hari mereka letih berpuasa, tentu pada malam harinya mereka ingin beristirahat dengan puas dan mengembalikan staminanya seperti semula. Lebih-lebih jiwa manusia mudah sekali bosan apabila melakukan sesuatu yang monoton. Tidak heran apabila di hari-hari awal bulan Ramadhan, mereka tekun berpuasa, bersedekah, dan bertadarus, serta beriktikaf di masjid, tetapi hari-hari berikutnya mereka merasa jenuh dan satu persatu meninggalkan itu semua.
Dengan demikian, perlu adanya motivator yang mendorong mereka untuk tetap beristiqamah dalam beribadah mulai awal sampai akhir bulan Ramadhan, bahkan sampai tahun berikutnya. Adanya lailatul qadr adalah salah satu pendorong mereka agar bersungguh-sungguh dalam beribadah dan mencari malam yang mulia ini selama bulan Ramadhan. Adapun informasi Jibril yang memberitahukan kepada Nabi saw bahwa malam al-Qadr itu terdapat pada sepuluh hari terakhir yang ganjil di bulan Ramadhan, menunjukkan atas mulianya malam-malam tersebut. Dengan meningkatkan ibadah di malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir di bulan yang penuh berkah ini, diharapkan Allah akan menjadikan penutup bulan ini sebagai penutup yang baik dan penuh berkah bagi mereka yang mengisinya dengan amal dan ibadah.
Begitu pula lailatul qadr dapat dijadikan sebagai tolok ukur keimanan seseorang. Jika seseorang mendapatkan malam ini pada bulan Ramadhan, maka ia akan beristiqamah dalam beribadah di bulan-bulan berikutnya. Karena Ramadhan adalah kawah candra dimuka untuk menempa jiwa seorang muslim dalam menjalankan ibadahnya kepada Allah swt dan menjauhi larangan-Nya.
Keimanan berbeda dengan pengetahuan. Iman bersumber dari dalam hati, sedangkan pengetahuan bersumber dari akal. Tidak sulit mengubah pendapat yang didasarkan pada ilmu dan nalar, tetapi sangat sulit mengubah idea dan kepercayaan yang bersumber dan berada di dalam hati. Boleh jadi seseorang mengetahui sesuatu, tetapi hatinya tidak dapat mempercayainya. Iman serupa dengan rasa kagum. Dua orang yang memiliki pengetahuan yang sama tentang satu objek, boleh jadi kekaguman di antara keduanya berbeda. Keimanan pun demikian. Pengetahuan memang mengukuhkan iman, tetapi ia bukan syarat bagi lahirnya iman.
Memburu Lailatul Qadr selama bulan Ramadhan terutama pada malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan suci ini, akan memanifestasikan keistiqamahan dalam beribadah dan meningkatkan nilai keimananan yang berujung pada ketakwaan kepada Allah swt. Dan inilah main target dari adanya perintah puasa Ramadhan.(*)
Subhanaallah...

Senin, 11 Agustus 2008

3 Sahabat

Embun Taushiyah - 24 Juni 2004 (Sumber : milis)
--------------------------------------------------------------------------------

Tiga sahabat, yang selalu mendampingi kita dalam hidup ini dan sering kita beda-bedakan dalam kenyataan hidup ini.

Sahabat-sahabat yang dimaksud antara lain :

Sahabat Pertama yaitu sahabat yang sangat kita idam-idamkan, sangat kita impikan, sangat kita jaga karena takut kehilangan, sangat kita sayang, sering kita memuji keadaannya yang indah dan cantik. Bahkan karena sahabat yang pertama ini kita sering lupa diri dan melupakan sahabat-sahabat yang lainnya. Pada sahabat pertama ini kita sangat setia. (Siapakah dia ?)

Sahabat Kedua yaitu sahabat tempat kita curhat segala isi hati, sahabat kedua ini sering mendo’akan kita, mendambakan kita, mengharapkan kehadiran kita, sangat menyayangi kita dan sangat setia sampai kapan dan dimana pun, sahabat kedua ini sering rela berkorban untuk kita dengan segala kemampuannya. Kita sangat sayang kepada sahabat kedua ini, akan tetapi kita juga sering melupakannya ketika kita sedang dekat dengan sahabat pertama. (Siapakah dia ?)

Sahabat Ketiga yaitu sahabat yang sebenarnya sangat kita kenal, tetapi kita sering bersikap acuh tak acuh bahkan jelas-jelas sering kita melupakannya dan menjauhinya. Kesetiaan, perhatian dan kedekatan kita pada sahabat ini sangat kurang, padahal seandainya kita tahu sahabat ketiga ini, tanpa diminta pun dia selalu setia akan mendampingi kita kemanapun kita pergi dan bahkan mampu menyelamatkan kita disaat kita mengalami kesusahan/kesesatan. (Siapakah dia ?)

Suatu hari datanglah kerumah kita seorang tamu yang tak diundang menjemput/mengajak kita pergi. Ajakan tamu itu kadang-kadang sering menakutkan kita, padahal ajakannya itu adalah merupakan sebagian dari hak yang harus kita dapatkan dan kita jalani dalam hidup ini.
Karena takut kehilangan dan takut jauh dengan ketiga sahabat di atas, kita mencoba untuk mengajak mereka semua agar mau menemani kita ketika pergi bersama dengan tamu itu. Namun ?

Sahabat Pertama, sahabat yang sangat kita sayang, bahkan sayangnya kita kepada sahabat ini bisa mengalahkan sayangnya kita kepada sahabat-sahabat yang lain (sahabat kedua dan ketiga). Saat kita akan pergi bersama tamu tadi, sahabat ini tidak bisa ikut mengantarkan kita, dia hanya diam membisu. Inikah balasan yang diberikan dari sahabat pertama kepada kita yang sangat menyayanginya ? Sahabat ini tidak bisa kita ajak, tidak bisa kita bawa, tidak bisa menemani kita dan kata terakhir hanya ... selamat jalan ?...

Sahabat Kedua, sahabat ini saat kita ajak untuk ikut dengan tamu itu dia lebih baik dari sahabat yang pertama dan dia bisa mengantarkan kita namun dia tidak bisa seterusnya pergi dengan kita karena sahabat kedua ini masih punya tugas dan kewajiban yang lain dan dia hanya bisa menitikan air mata dan mendo’akan kita ketika pergi dengan tamu itu, semoga kita bahagia disana.

Sahabat Ketiga, sahabat yang pernah kita lupakan dan kita jauhi, tetapi disa’at kita ajak untuk ikut dengan tamu itu dia mau mendampingi kita dengan setia tanpa pamrih. Sebenarnya sahabat ketiga ini tanpa kita minta pun dia sudah siap untuk pergi dengan kita kemanapun. Oh ? setelah tahu, kita sangat menyesalinya kenapa kita menjauhi sahabat ketiga ini ? dan
siapakah dia ini ?

Para pembaca yang budiman inilah nama sebenarnya dari Tamu, dan ketiga sahabat kita.

Tamu adalah Malaikat Izroil (pencabut nyawa)
Sahabat Pertama adalah Harta dunia
Sahabat Kedua adalah Keluarga
Sahabat Ketiga adalah Amal Ibadah

Pandai-pandailah kita bersikap kepada semua sahabat agar mereka selalu bisa bersama kita sampai kapan pun. Sikap kita kepada :

Sahabat Pertama, manfa’atkan di jalan Allah SWT sebagai amal jariyah karena harta dunia yang benar-benar milik kita adalah harta yang sudah kita amalkan di jalan Allah SWT. Biar bergelimang harta di dunia tetapi kurang diamalkan harta itu, apalah artinya ? Ingat kebahagiaan dalam islam adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat (ingat do’a sapu jagad).

Sahabat Kedua, ajarkanlah kepada sahabat kedua ini segala kebaikan agar semuanya menjadi keluarga yang sholeh penuh rahmat dan lindungan Allah SWT.

Sahabat Ketiga, banyak-banyaklah amal ibadah selama kita hidup di dunia untuk bekal kelak di akhirat.

Amal ibadah yang pahalanya terus mengalir ke alam kubur :
- Ilmu yang bermanfa’at
- Doa anak sholeh
- Amal Jariyah

Semoga semua ini bisa menjadi renungan untuk meningkatkan amal ibadah kita ... aamiin ...

20 (dua puluh) sifat-sifat ALLOH SWT

Wujud =ada
Qidam =dahulu
Baqo' =kekal selamanya
Mukholafatu lill hawaditsi =ALLOH berdiri sendiri
Wahdaniyat =ALLOH satu
Qudrot =kuasa
Irodah =menghendaki
Kalam =berkata
Ilmu =mengetahui segalanya
Qiyamuhu binafsihi =ALLOH berdiri dengan sendirinya
Hayat =hidup
Sama' =mendengar
Bashor =melihat
Qodiron =maha mengadakan dan maha meniadakan
Muridan =menghendaki dan menentukan
'Aliman =mengetahi segala sesuatu
Hayyan =maha hidup
Sami'an =maha mendengar
Basiron =maha melihat
Mutakaliman =maha berkata-kata

Posted by Zaki
Sumber:
direfresh dari guru agama SD gw dulu...


Walloohu a'lam bissawwaab...

Bandingkan Cinta Anda Dengan Cinta-Nya!


Publikasi 18/04/2002 09:27 WIB

eramuslim –
Cinta adalah memberi, dengan segala daya dan keterbatasannya seorang pecinta akan memberikan apapun yang sekiranya bakal membuat yang dicintainya senang. Bukan balasan cinta yang diharapkan bagi seorang pecinta sejati, meski itu menjadi sesuatu yang melegakannya. Bagi pecinta sejati, senyum dan kebahagiaan yang dicintainya itulah yang menjadi tujuannya.

Cinta adalah menceriakan, seperti bunga-bunga indah di taman yang membawa kenyamanan bagi yang memandangnya. Seperti rerumputan hijau di padang luas yang kehadirannya bagai kesegaran yang menghampar. Seperti taburan pasir di pantai yang menghantarkan kehangatan seiring tiupan angin yang menawarkan kesejukkan. Dan seperti keelokan seluruh alam yang menghadirkan kekaguman terhadapnya.

Cinta adalah berkorban, bagai lilin yang setia menerangi dengan setitik nyalanya meski tubuhnya habis terbakar. Hingga titik terakhirnya, ia pun masih berusaha menerangi manusia dari kegelapan. Bagai sang Mentari, meski terkadang dikeluhkan karena sengatannya, namun senantiasa mengunjungi alam dan segenap makhluk dengan sinarannya.

Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.

Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta. Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan.

Tentang Cinta itu sendiri, Rasulullah dalam sabdanya menegaskan bahwa tidak beriman seseorang sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya. Al Ghazali berkata: "Cinta adalah inti keberagamaan. Ia adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalaupun ada maqam yang harus dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah cinta dan bila ada maqam-maqam sesudah cinta, maqam itu hanyalah akibat dari cinta saja."

Disatu sisi Allah Sang Pencinta sejati menegaskan, jika manusia-manusia tak lagi menginginkan cinta-Nya, kelak akan didatangkan-Nya suatu kaum yang Dia mencintainya dan mereka mencintai-Nya (QS. Al Maidah:54). Maka, berangkat dari rasa saling mencintai yang demikian itu, bandingkanlah cinta yang sudah kita berikan kepada Allah dengan cinta Dia kepada kita dan semua makhluk-Nya.

Wujud cinta-Nya hingga saat ini senantiasa tercurah kepada kita, Dia melayani seluruh keperluan kita seakan-akan Dia tidak mempunyai hamba selain kita, seakan-akan tidak ada lagi hamba yang diurus kecuali kita. Tuhan melayani kita seakan-akan kitalah satu-satunya hamba-Nya. Sementara kita menyembah-Nya seakan-akan ada tuhan selain Dia.

Apakah balasan yang kita berikan sebagai imbalan dari Cinta yang Dia berikan? Kita membantah Allah seakan-akan ada Tuhan lain yang kepada-Nya kita bisa melarikan diri. Sehingga kalau kita "dipecat" menjadi makhluk-Nya, kita bisa pindah kepada Tuhan yang lain.

Tahukah, jika saja Dia memperhitungkan cinta-Nya dengan cinta yang kita berikan untuk kemudian menjadi pertimbangan bagi-Nya akan siapa-siapa yang tetap bersama-Nya di surga kelak, tentu semua kita akan masuk neraka. Jika Dia membalas kita dengan balasan yang setimpal, celakalah kita. Bila Allah membalas amal kita dengan keadilan-Nya, kita semua akan celaka. Jadi, sekali lagi bandingkan cinta kita dengan cinta-Nya. Wallahu a'lam bishshowaab (Bayu Gautama. Thanks to Herry Nurdi akan artikel "Belajar Mencinta"nya)

Hak muslim terhadap muslim lainnya (kiriman Zaki)

Haqqul muslim alal muslim sittun
(hak seorang muslim terhadap muslim lainnya ada 6)
  1. Jika bertemu memberi salam,
  2. Jika diundang; penuhi undangannya,
  3. Jika bersin; ucapkan alhamdulillah dan yang mendengar menjawab yarhamukallooh...; dan dijawab lagi yahdikumullooh.
  4. Jika berjanji tepatilah...
  5. Jika teman sakit, tengok lah
  6. Jika muslim meninggal hantarkanlah...

Sumber: guru agama gw di SD...
Waallohu a'lam bissawaab...

Allah Mengajarkan Cinta. (Kiriman Tia)

Cinta adalah salah satu pesan agung yang Allah sampaikan kepada umat manusia sejak awal penciptaan makhluk-Nya. Dalam salah satu hadis yang diterima dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ''Ketika Allah mencipta makhluk-makhluk-Nya di atas Arsy, Dia menulis satu kalimat dalam kitab-Nya, 'Sesungguhnya cinta kasihku mengalahkan amarahku'.''(HR Muslim). Atau dalam versi yang lain, ''Sesungguhnya cinta kasihku mendahului amarahku.'' (HR Muslim).

Dalam kehidupan manusia, cinta sering direfleksikan dalam bentuk dan tujuannya yang beragam. Ada dua bentuk cinta. Pertama, cinta karena Allah. Kedua, cinta karena manusia. Seseorang yang mencintai orang lain karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mengarahkan cinta itu sebagai media efektif untuk saling memperbarui dan saling introspeksi diri, sudah sejauh mana pengabdian kita kepada Allah. Cinta model ini akan berujung pada kepatuhan total dan ketundukan tulus, bahwa apa yang dilakukannya adalah semata-mata karena pembuktian cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Seseorang yang mencintai orang lain karena manusia, akan banyak menimbulkan persoalan serius. Cinta ini sifatnya singkat, karena cinta model ini biasanya muncul karena dorongan material dan hawa nafsu. Dua hal yang sering membuat manusia lalai dalam kenikmatan duniawi.

Rabi'ah al-Adawiyah, seorang tokoh sufi terkemuka, suatu ketika pernah berlari-lari di jalan sambil membawa seember air dan api.
Ketika ditanya oleh seseorang tentang apa yang sedang dilakukannya, Rabi'ah tegas menjawab bahwa ia membawa air untuk menyiram api neraka, dan membawa api untuk membakar surga. Rabi'ah memberikan alasan, bahwa hanya karena niat ibadah untuk memperoleh surga dan terhindar dari api neraka inilah, kebanyakan manusia melupakan tujuan hakiki ibadahnya. Padahal, ibadah bukanlah bertujuan untuk memperoleh surga atau menghindari neraka. Ibadah merupakan bentuk cinta tulus ikhlas kepada Allah semata.

Pergaulan hidup juga mesti dilandasi cinta. Dengan itu, kehidupan akan berjalan harmonis dan langgeng. Cinta yang diajarkan Allah SWT adalah cinta yang berujung pada keabadian, karena Allah sendiri adalah Zat yang abadi dan tak pernah rusak. Maka, keabadian, keharmonisan, dan kesejahteraan umat manusia akan tercapai jika cinta yang ada pada diri manusia ditujukan semata-mata karena Allah.
Allah SWT sendiri yang mengingatkan manusia, bahwa Dia tidak akan pernah mendahulukan amarah-Nya. Cinta Allah yang menyebar di alam semesta inilah yang menjadi bukti bahwa keharmonisan itu benar-benar terjadi.

Seseorang yang tidak melakukan cinta model yang Allah SWT ajarkan tidak akan berhasil mendapatkan cinta Allah. Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah SAW bersabda, ''Siapa yang tidak mencintai manusia, maka ia tidak akan Allah cintai.'' (HR Al-Bukhari). Model cinta yang Allah ajarkan adalah cinta tertinggi, kerena selain berakibat pada kebahagiaan abadi di akhirat, imbasnya bagi kehidupan dunia pun akan terasa. Wallahu a'lam.

Sumber: Republika - Jumat, 1 Oktober 2004